Maulida Agustin Sasmi
Rabu, 05 Oktober 2016
Rabu, 28 September 2016
PRINSIP DASAR DAN TUJUAN TEORI BELAJAR KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan
sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia.Menciptakan
manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal
mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan
akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum,
sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak
Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik.Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa
merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di
negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami
kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya sering
menjadi kritik dan kecaman.Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya
perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang
ada di Indonesia.
Pada
makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran.
Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena
adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui
dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya
proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan
secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan
belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil
yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan
para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran
yang dihadapi.
Pada
bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan
aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik.
Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan.
Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat
untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan
ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan
prasarana yang tersedia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1.
Jelaskan pengertian teori
kognitif?
2.
Sebutkan tokoh – tokoh yang
berperan dalam teori Belajar kognitif?
3.
Apa saja prinsip-prinsip teori belajar
kognitif?
4.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar
Kognitif?
5.
Bagaimana pengaplikasi teori kognitif
dalam proses belajar sebagai upaya meningkatkan prestasi anak didik?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1.
Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat
memberikan wahana pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan teori kognitif.
2.
Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal
dalam mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara
etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti.Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan.Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif
ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan.Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.
Teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar
tidak sekedar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori
kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang
memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat
seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental.
Teori kognitif digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori nativisme yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan.
Teori
kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik,
tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling
lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk
ke dalam pikiran dan perasaannya.Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia
melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu
mensintesiskannya kembali.Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain
perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean
Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception
learning oleh Ausubel.
B.
Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
1.
Piaget
Menurut
Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses
belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi,
ekuilibrasi (penyimpangan).
a.
Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b.
Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
c.
Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Piaget berpendapat
bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
-
Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini seorang
anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi
rangkaian pembuatan yang bermakna.
-
Tahap pra-operassional (2-7 tahun )
Pada tahap ini seeorang
anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman
menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan
menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
-
Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini seorang
anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau dengan
menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi
nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
-
Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap ini kegiatan
kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata.Selain itu pula
kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk
berfikir secara deduktif.Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget
juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui
sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah
terdapat struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap
orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau
ekuilibrium antara apa yang baru dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada
pada struktur kognitifnya.jika pengalaman barungan cocok dengan yang tersimpan
pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan
keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan di krangka
kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak seimbangan akan
terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan
demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi adalah
suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri
kedalam kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses
perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan
pengalaman baru yang dialaminya.
Piaget
juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan akomodasi
di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan
dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya
kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam
menghubungkan pengalamanya denngan kerangka kognitifnya (peengalaman
logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
Para
pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan
perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai
akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif
dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda
konkret
.
2.
Bruner
Bruner
mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning ( Uno, 2008:12). Menurut
teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori,
definisi, dan sebagainya) sebagai contoh-contoh yang mengambarkan (mewakili)
aturan yang menjadi sumbernya. Iswa dibimbing secara induktif untuk memahami
suatu sebenaran umum.Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak
menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret
tentang kejujuran.Dari contoh itulah, siswa dibimbindg untuk mendefinisikan
kata kejujuran.
Lawan
pendekatan ini disebut “belajar ekspositori”( belajar dengan cara menjelaskan.
Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi
tersebut melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut
pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi
berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori
pembelajaran mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut
Bnuner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat li ngkungan, yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap enaktif
Seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan sekitarnya.Suatu
tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa
dengan menggunakan benda-benda konkret.Dengan demikian, topik pembelajaran
tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b.
Tahap ikonik
Tahap pembelajaran
ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunkan
ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda
konkret.Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat
diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram
yang bersifat semi-konkret.
c.
Tahap simbolik
Seseorang telah mampu
mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya dalam
berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep,
arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (discovery learning).
3.
David P. Ausubel
Teori ini disebut juga
teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang dikutip (Bell, 1978:132)
berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim as a series
of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome
must necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa
tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu
dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil
pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali
baginya.”
Kelemahan lain belajar
hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru
lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah,
namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara yang satu
dan lyang lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan
dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan antara
pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu
proses pembelajarn yang berrmakna (meaningful learning).
Karenanya Ausubel
menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). “if I had to reduce
all of educational psychology to just one principle, I would say this: the most
important single factor influencing learning is what the learner already knows.
Ascertain this and teach accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses
pembelajaran. Belajar hafalan akan terjadi jika siswa tidak mampu mengaitkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama.
Prinsip-Prinsip Teori
Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat
dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip
dasar teori kognitivisme, antara lain:
Ø Pembelajaran
merupakan suatu perubahan status pengetahuan
Ø Peserta didik
merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
Ø Menekankan pada
pola pikir peserta didik
Ø Berpusat pada
cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya
Ø Menekankan pada
pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam
diri peserta didik
Ø Menerapkan
reward and punishment
Ø Hasil
pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
·
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar
tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di
samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya.
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan Teori Belajar
Kognitif
a.
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar
kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon
dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan
berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan.Sedangkan
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa
bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya
sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain
dengan.
b.
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar
kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai
peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat
pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi
dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan
ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kelemahan Teori Belajar
kognitif
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas.
Pendekatan
Kognitif (Cognitive Approach)
Sejalan dengan upaya
menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada semua jenjang
pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki keberadaan pendekatan
perilaku sejak pertengahan dekade 80-an.
Pendekatan kognitif itu
sendiri berangkat pada teori Gestalt yang memproposisikan bahwa keseluruhan
bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya.
Sebagaimana
dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Sedangkan
Ausubel (1978) memdeskripsikan agar pembelajar dapat mengembangkan situasi
belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam
bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci dalam satu
satuan bahasan yang bermakna.
Dalam pandangan
psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin menentukan apabila
variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk penyajian variasi
pola struktur kegiatan belajar mengajar.
Masalah yang sering
muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang pembelajaran adalah
dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan
penstrukturan kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan
adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema kognitif yang ada
bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang disiplin
keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya pada
level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu bidang studi berbeda dengan
bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif
adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286), jenjang tersebut bergerakdari
tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan
konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin keilmuan atau keahlian
yang sedang dipelajari.
Gaya
Kognitif Dalam Pembelajaran
Salah satu
karakteristik siswa adalah gaya kognitif . Gaya kognitif merupakan cara siswa
yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang
berhubungan dengan lingkungan belajar.
Gaya kognitif merupakan
salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan
dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan
untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran,
serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya
kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat
dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang
menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar
tertentu.
Beberapa batasan para
ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin mengemukakan bahwa gaya
kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
Shirley dan Rita
menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir,
merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Sebagai
karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintas kemampuan dan
kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya
kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap
satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau
kemampuan tertentu. Sebagai karakteristik prilaku, karakteristik individu yang
memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama.
Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda kecendrungan
perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.
Setiap individu
mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd menyatakan bahwa
gaya kognitif adalah langkah individu dalam memproses informasi melalui
strategi responsif atas tugas yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk
menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk
melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih
cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons
terhadap stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan adapula
yang lambat , cara-cara merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas
personal.
Selanjutnya
menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan variasi individu
dalam hal perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul
atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian.
Selanjutnya Keefe agak
berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi gaya kognitif. Menurut
Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu gaya dalam
menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan
retensi (concept formation and retention style). Keefe juga menambahkan, bahwa
gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya berlajar
berhubungan dengan kemampuan intelektual.
Pengelompokan gaya
kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang dikaji dari
beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi
meliputi :
1.
Perceptual modality prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan
kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya
kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau
verbal.
2.
Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara
analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3.
Scanning, yang menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitik beratkan
perhatiannya pada suatu informasi.
4.
Strong and Weakness Automatization, yang merupakan gambaran kapasitas seseorang
untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.
Sedangkan dimensi gaya
kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi menurut Pettegrew
dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :
1.
Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam
menyusun kategori konsep secara luas atau sempit.
2.
Leveling Sharperning, berkaitan dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan
ingatan, yakni antara kesukaan mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-hal
yang telah diingatkannya atau kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat ciri
yang baru serta mengingatnya dalam ciri baru tersebut.
Berdasarkan pemilahan
gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam konteks penelitian ini yang
digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif perceptual modality
preference, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan
seseorang dalam menggunakan alat indranya , khususnya kemampuan melihat gerakan
secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya kognitif yang
teliti adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan teoritis gaya
kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang menjelaskan tentang
belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Kedua
hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan penyusunan
informasi selama proses belajar.
Kedudukan gaya kognitif
dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth
bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan salah satu
karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping
karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat, kemampuan
berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa , kedudukan
gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau
perancang pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan
mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan
seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran
tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan
dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
Resnick and
collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat
erat hubungannya dengan karakteristik proses kognitif siswa. Dengan demikian ,
untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian
terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran
pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum
rancangan disusun , hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan
pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang
kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut , guru atau perancang
pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa. Paling
tidak ditemukan empat kelompok gaya kognitif siswa tersebut sebagaimana
diuraikan diatas.
Selanjutnya bagaimana
peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan para
pakar tentang dimensi gaya kognitif diatas, menurut Woolfolk bahwa
implementasinya dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Gaya kognitif memiliki
nilai adaptif yang bervariasi dari budaya dan situasi sosial. Selain gaya
kognitif FD dan Fi yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik siswa, gaya
kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi gaya kognitif spasial
(GR) dan gaya kognitif analitis (GA).Dimensi gaya kognitif GR berkaitan dengan
pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran, sedangkan dimensi gaya
kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menganalisis secara
kritis dalam memecahkan masalah.
C.
Ruang Lingkup Psikologi Kognitif
1)
Atensi ( Perhatian)
2)
Persepsi (sudut Pandang)
3)
Memori
4)
Membangun pengetahuan
5)
Pementukan konsep
6)
Pengambilan keputusan
7)
Penalaran
8)
Pemecahan masalah
9)
Inteligensi (pengawasan)
10) Kreatifitas
11) Emosi
12) Proses
kognisi
Aplikasi teori kognitif
pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
3. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
4. Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
5. Memusatkan perhatian
pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru
harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan
guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
6. Mengutamakan peran
siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made
knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi
spontan dengan lingkungan.
7. Memaklumi akan
adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh
karena itu, guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang
terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
8. Mengutamakan peran
siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan
tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak
dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Teori belajar psikologi
kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi
kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif
bagi Teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif
peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan
proses pendidikan.
Peranan guru menurut
teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada
pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses
pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta
menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.
Oleh karena itu, peran
ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor
kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela
bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui
kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
Pengetahuan tentang
kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan
para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses
belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya
pengetahuan yang mendalam akan pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam
proses belajar anak didik tidak mustahil apabila teori kognitif nantinya dapat
meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah,
tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat
sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada
partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai
suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar
yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi
belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses
belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar
Kognitif
·
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
·
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar
kognitif
·
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
·
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
·
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas.
Langganan:
Postingan (Atom)